Headlines News :
Home » , , , , » "Ciliwungku" Sanggar Merah Putih

"Ciliwungku" Sanggar Merah Putih

Written By Admin on Selasa, 07 Februari 2012 | 17.50

"Ciliwungku" adalah salah satu lagu kritis yang mencermati lingkungan. Om Tono pengasuhnya membekali pelantunnya kesadaran lingkungan dan semangat kerja keras.

Lagu Ciliwungku ini merupakan bentuk ungkapan para anak-anak muda yang tinggal di bantaran Ciliwung mengenai kondisi sungai yang semakin tercemar. Walaupun lagu ini kritis namun dibawakan dengan ceria oleh band muda ini. Sanggar Merah Putih sudah mulai di kenal karena sering tampil di acara peduli lingkungan. Mereka juga pernah diundang di acara televisi nasional.

Om Tono
Sosok dibelakang sukses musisi yang berlokasi di RW 03 Kelurahan Cawang ini adalah Yuntono, atau oleh anak-anak sanggar biasa disapa “Om Tono.” Sanggar yang berdiri sejak 16 Agustus 2005 memberi ketrampilan bermusik tanpa memikirkan biaya. “Anak yang ingin belajar bisa. Semua tergantung minat anak-anak. Sekarang ini ada 12 sampai 17 anak.”

Anak-anak diajari bermain musik terutama biola. Untuk mengajari anak-anak, Om Tono juga mencari inspirasi dari  internet seperti Youtube. “Saya bisa ajarkan main biola, tapi kalau ingin main alat musik lainnya juga bisa. Walaupun saya hanya bisa tipis-tipis saja.”

Lagu Ciliwungku ini muncul dari kreativitas anak-anak sanggar. “Inspirasi muncul spontan dari anak-anak. Karena Ciliwung berada di dilingkungan anak-anak. Mereka memperhatikan masalah lingkungan sekeliling. Dan itulah yang dirasakan anak-anak.”

Band country
Selain aktif di Sanggar Merah Putih, Yuntono sampai tiga tahun lalu juga berprofesi sebagai pemusik biola yang manggung di kafe dan hotel di Jakarta dan sekitarnya bersama grup country yang sekarang sudah tidak eksis. “Kami dulu ada grup namanya Green Cowboy  yang manggung di Green Pub. Tapi sekarang sebagian besar sudah almarhum.”

Awal perkenalan dengan alat musik biola bermula tahun 1980. Dia belajar dari seorang pemusik biola ulung di Banyuwangi Jawa Timur dan selanjutnya auto didak. “Saya belajar dari dia selama tiga bulan, selanjutnya belajar sendiri dan mengembangkan di Jakarta.“

Yuntono ingin membekali anak-anak di bantaran kali Ciliwung dengan ketrampilan agar mereka punya nilai tambah selain pendidikan formal. “Saya ingin membekali mereka ketrampilan. Minimal mereka punya keahlian selain sekolah. Siapa tahu ilmu ini bisa menolong diri sendiri.”

Kemauan keras

Untuk bisa menguasai alat musik, menurutnya tidak harus punya jiwa seni. “Buat saya jiwa seni bukan syarat utama. Itu syarat yang kesekian saja. Utamanya adalah kerja keras dan niat,  pasti bisa. Jiwa seni itu urutan ke enam atau tujuh.”

Selain mengajari musik dan sifat kerja keras, Om Tono juga mencoba menularkan kesadaran lingkungan pada anak-anak asuhannya. “ Di samping bermusik. Kesadaran lingkungan itu penting. Karena lingkungan adalah urusan kita. Siapa lagi kalau bukan masyarakat yang membuang sampah.”

Menurutnya masyarakat tidak bisa menunggu uluran dari pemerintah. “Kita tidak bisa hanya menunggu dari pemerintah. Yang penting orang harus tergerak hatinya dalam hal apapun. Baik lingkungan maupun diri sendiri.”

Baginya anak-anak harus menyadari kondisi lingkungan terkecil, kemudian ke arah lingkungan sosial dan akhirnya ke negara. “Pokoknya minimal yang brengsek dihantam,” pungkasnya
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Info Kramat Jati - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger